Monday, July 16, 2007

"TEROR" KENAIKAN HARGA

Pertamina berencana menaikan harga elpiji untuk rumah tangga sebesar 60% dari Rp 4.740 menjadi Rp 7.000 per kilogram. Jika ini terlaksana maka harga elpiji yang biasa dikonsumsi kalangan rumah tangga (12 kg/tabung) menjadi Rp 84.000 dari Rp57.000. Pertamina beralasan dengan harga baru inilah Pertamina baru mendapatkan keuntungan. Karena harga Rp 57.000, Pertamina masih nombok untuk subsidi.

Kembali masyarakat yang akan mengalami kesulitan untuk menggapai harga. Bak bola salju, kenaikan pasti akan menggelinding bersama kenaikan-kanaikan disektor lainnya. Belum hilang keterkejutan masyarakat akan kenaikan BBM, minyak sayur, susu, beras, kini harus lagu elpiji naik. Mungkin hitung-hitungan yang dibuat Pertamina memang benar adannya, kenaikan untuk menyehatkan Pertamina dibisnis elpiji ini. Tetapi kenyataan dilapangan justru bertolak belakang karena Pemerintah sedang menggalakkan program konvensi penggunaan minyak tanah menjadi penggunaan elpiji untuk rumah tangga. Sebaiknya Pertamina menunda kenaikan hargasambil menunggu selesainya program konvensi ini. Jika harga gas naik, pasti masyarakat kecil akan kembali memilih penggunaan minyak tanah karena harga gas yang tidak terjangkau. Belum lagi akan menghilangnya pasokan elpiji dipasaran menjelang kenaikan harga akibat ulah spekulan. Ini akan menambah beban psiqologis masyarakat.
Hidup di bumi Indonesia sepertinya tak pernah lepas dari ancaman teror. Bukan melulu teror dari para "teroris", melainkan teror dari kenaikan harga yang semakin membebani. Sementara penghasilan masih belum beranjak naik.
Hari-hari kedepan hidup semakin sulit, mampukah masyarakat bertahan dengan keadaan?

1 comment:

Vina Revi said...

balik lagi ke metode masak pake anglo aja, yuks! eits, tapi itu juga merusak lingkungan kalo terlalu banyak pake kayu bakar, ya? jadi, solusinya? Pertamina jangan terlalu kemaruk kali, ya ...