Thursday, July 19, 2007

NASIONALISME ALA SEPAKBOLA

Berakhir sudah laga Tim Nasional Sepakbola Indonesia di perhelatan Piala Asia (AFC). Dipertandingan terakhir yang sangat menentukan Tim Nas gagal memetik kemenangan dari Korsel. Sebelumnya Timnas dapat mengguli Bahrain 1-0, dan dikalahkan Arab Saudi 1-2. Jikalau dalam pertandingan terakhir melawan Korsel, Tim Nas mampu membuahkan kemenangan atau minimal bermain seri, maka sejarah akan terukir dimana Tim Nas akan melaju kebabak perempat final Piala Asia.
Pertandingan telah berakhir, keringat para pemain pun telah mengering, hikmah yang membanggakan dari usainya aksi Tim Nas dilapangan adalah rasa cinta yang dalam bangsa Indonesia kepada Tim Nas Sepakbola Indonesia. Sesungguhnya inilah prestasi besar yang telah diukir Tim Sepakbola kita. Meraih kemenangan adalah perkara penting, tetapi meraih jutaan hati orang di negeri ini untuk mendukung, mencintai,sungguh ini adalah keberhasilan dan prestasi yang jauh lebih penting dari sekedar meraih kemengan.Ya Tim Nas telah menang merebut hati bangsa ini.
PSSI sebagai induk yang membidangi sepakbola, tentunya jangan berpuas diri akan ini, terus pelihara kecintaan bangsa ini akan Tim Nas nya dengan sekuat kemampuan memberikan prestasi yang terbaik disetiap laga yang di ikuti.Kecintaan terhadap Tim Nas Sepakbola Indonesia sesungguhnya adalah cermin akan kecintaan rakyat akan Indonesia. Semangat nasionalisme ini terbakar lewat sepakbola. Sepakbola dapat dijadikan simbol untuk menumbuhkan semangat nasionalisme. Dalam sepakbola terdapat banyak filosofi yang dapat dipelajari oleh segenap elemen bangsa ini.Kebersamaan ditengah perbedaan, meraih tujuan tanpa harus meninggalkan jiwa sportifitas, adalah pelajaran yang dapat diterapkan dalam keseharian.
Ayo..bangkitlah sepakbola nasional!
Tunjukan pada dunia bahwa kita mampu dan bisa berprestasi !!!

Read More......

Monday, July 16, 2007

"TEROR" KENAIKAN HARGA

Pertamina berencana menaikan harga elpiji untuk rumah tangga sebesar 60% dari Rp 4.740 menjadi Rp 7.000 per kilogram. Jika ini terlaksana maka harga elpiji yang biasa dikonsumsi kalangan rumah tangga (12 kg/tabung) menjadi Rp 84.000 dari Rp57.000. Pertamina beralasan dengan harga baru inilah Pertamina baru mendapatkan keuntungan. Karena harga Rp 57.000, Pertamina masih nombok untuk subsidi.

Kembali masyarakat yang akan mengalami kesulitan untuk menggapai harga. Bak bola salju, kenaikan pasti akan menggelinding bersama kenaikan-kanaikan disektor lainnya. Belum hilang keterkejutan masyarakat akan kenaikan BBM, minyak sayur, susu, beras, kini harus lagu elpiji naik. Mungkin hitung-hitungan yang dibuat Pertamina memang benar adannya, kenaikan untuk menyehatkan Pertamina dibisnis elpiji ini. Tetapi kenyataan dilapangan justru bertolak belakang karena Pemerintah sedang menggalakkan program konvensi penggunaan minyak tanah menjadi penggunaan elpiji untuk rumah tangga. Sebaiknya Pertamina menunda kenaikan hargasambil menunggu selesainya program konvensi ini. Jika harga gas naik, pasti masyarakat kecil akan kembali memilih penggunaan minyak tanah karena harga gas yang tidak terjangkau. Belum lagi akan menghilangnya pasokan elpiji dipasaran menjelang kenaikan harga akibat ulah spekulan. Ini akan menambah beban psiqologis masyarakat.
Hidup di bumi Indonesia sepertinya tak pernah lepas dari ancaman teror. Bukan melulu teror dari para "teroris", melainkan teror dari kenaikan harga yang semakin membebani. Sementara penghasilan masih belum beranjak naik.
Hari-hari kedepan hidup semakin sulit, mampukah masyarakat bertahan dengan keadaan?

Read More......

Thursday, July 12, 2007

SEPARATIS OH SEPARATIS

Separatis di Indonesia bukanlah isue baru, tetapi tetap saja menjadi masalah yang sangat sensitif. Akhir-akhir ini kian berhembus kencang tentang makin nyatannya gerakan separatis. Memang maping daerah gerakan separatis , masih belum berubah, masi tetap sama. Papua, Maluku, Aceh masih menjadi wilayah Republik Indonesia yang masih bergeliat akan gerakan separatisme. Sebelum nya gerakan separatisme sempat memuncak di Timor-Timur yang berujung lepasnya wilayah itu dari pangkuan bumi pertiwi.
Munculnya insiden Cakalele dimaluku, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, rencana pendirian partai lokal GAM di Aceh, adalah letupan-letupan yang muncul belakangan ini. Pertanda apakah ini?
Gerakan separatisme umumnya dilatar belakangi dengan semangat melepaskan diri dari NKRI. Gerakan separatisme di Indonesia umumnya dikendalikan dari luar negeri. Para tokoh itu mengandalkan loby internasional untuk menghidupkan sepak terjangnya. Ternyata efektifitas loby mereka cukup berhasil. Ini terbukti dengan campur tangannya negara atau lembaga di luar Indonesia yang "mendukung" walaupun masih samar-samar bentuk dukungannnya.
Memang ini merupakan PR berat bagi bangsa Indonesia. Membumi hanguskan gerakan separatisme rasannya sangat sulit dilakukan dengan waktu yang singkat. Sepertinya pendekatan operasi militer tidaklah terlalu efektif. Karena pastinya kelompok ini akan menggunakan isu pelangaran HAM untuk memperkuat posisi mereka di mata internasional.
Tampaknya benang merah dari munculnya gerakan separatis di Indonesia adalah ketidak adilan. Sistem pembangunan yang salah diterapkan pada masa lalu nampaknya masih melekat di banyak tokoh gerakan ini dan juga pengikutnya. Pembenaran akan "ketidak adilan" ini adalah bahwa secara ekonomi, daerah yang kini di soroti terdapat gerakan separatisme adalah daerah yang jauh dari kata makmur.
Suka atau tidak nyatannya gerakan separatisme di bumi Indonesia ada. Gerakan ini bisa menjadi bom waktu yang siap meledak jika pemerintah dan bangsa ini tidak cermat dan tanggap menepis wacana separatisme. Separatis oh separatis....

Read More......

Tuesday, July 3, 2007

INSIDEN CAKALELE

Pada 29 Juni 2007 lalu, dalam peringatan Hari Keluarga Nasional ke-14 di lapangan Merdeka Ambon, Jalan Pattimura, Ambon, terjadi sebuah peristiwa langka pertunjukkan tarian perang Cakalele dan pengibaran bendera Republik Maluku Selatan (RMS) oleh sekitar puluhan orang di depan para pejabat negara yang didalamnya hadir Presiden SBY diibaratkan suatu bentuk perlawanan yang terang-terangan dari pendukung RMS kepada Republik Indonesia. Pertunjukan tarian Cakalele dan pengibaran bendera RMS sangat membuat SBY marah yang sekaligus merupakan tamparan bagi aparat keamanan yang terkait saat itu. Para pelaku akhirnya dibekuk polisi dan sampai sekarang masih diperiksa intensiv di Polda Ambon.Tarian telah usai diperagakan namun kelanjutan dari tarian Cakalele masih berbuntut panjang. Saling tuding atas siapa fihak yang patut dipersalahkan dan paling bertanggung jawab dengan lolosnya tarian Cakalele dan pengibaran bendera RMS di hadapan Presiden SBY makin menggelinding. Yang paling ramai berpolemik adalah instasi keamanan yakni antara Polisi, Paspampres, KodamPatimura bahkan BIN juga diseret-seret sebagai salah satu fihak yang bertanggung jawab dan dipersalahkan akan kejadian ini. Para polistisi di Senayan banyak menyuarakan untuk pencopotan aparat terkait sebagai bentuk tanggung jawab atas terjadinya inseden Cakalele seperti Komandan Paspampres, Pangdam Patimura, Kapolda Maluku karena merekalah orang-orang yang dinilai paling bertanggung jawab dilapangan. Beberapa hari terakhir ini "perang" urat saraf nampaknya semakin nyata antara Panglima TNI dengan Kepala BIN buntut dari saling lempar tanggung jawab atas insiden Cakalele.Lupakan tentang polemik karena itu akan memakan energi, benang merahnya adalah lemah nya kordinasi aparat terkait dilapangan. Kembali kepada RMS. Sepak terjang nya kali ini dalam pertunjukan tarian Cakalele memang cukup berhasil untuk mengangkat eksistensi RMS dalam skala nasional bahkan internasional. Reaksi kemarahan Presiden SBY memang adalah target utama sebagai bentuk perlawanan RMS kepada Republik Indonesia. Masyarakat Indonesia sebaiknya jangan terjebak dan larut akan kemarahan. Para pendukung RMS adalah saudara-saudara kita sebangsa setanah air yang mungkin hanya ingin menunjukan sikap protes akan ketidak adilan yang mereka dapatkan dari Republik Indonesia selama ini. Pemerintah sebaiknya juga jangan terjebak untuk bertindak represif lalu sekonyong-konyong menggelar operasi militer, itu hanya akan menambah persoalan yang makin meruncing. Dialog adalah kata yang harus dikedepankan antara pemerintah dasn para pendukung RMS. Ketidak adilan pastinya isue yang diangkat RMS selama ini. Wujudkan keadilan, kesejahteraan, pasti akan membuat para pengikut RMS berpaling dan kembali ke NKRI. Semoga.

Read More......