Thursday, June 14, 2007

KAPITALIS YANG TAK NASIONALIS

Aneh di negeri yang mempunyai produksi kelapa sawit nomor 2 terbesar di dunia setelah Malaysia, ternyata harga minyak goreng nya mahal dan malah terkadang keberadaan minyak goreng hilang dipasaran. Aneh!!!!
Indonesia mempunyai produksi kelapa sawit sebesar 13 juta ton pertahunnnya. Sedangkan untuk memenuhi pasar dalam negeri hanya dibutuhkan 3 juta ton saja. Dari data ini harusnya minyak goreng menjadi murah atau paling tidak selalu tersedia dipasar.Karena kebutuhan dalam negeri hanya ¼ dari jumlah kemampuan produksi. Pastilah ada yang “tidak beres” jika harga minyak goreng bisa membumbung tinggi. Sekarang ini. Harga minyak goreng curah dengan kualitas rendah yang beredar di pasaran sejak Mai-Juni 2007 sekitar Rp 9500 – Rp 10.000/ kg . Harga normalnya berkisar Rp 6500 – Rp 7000. Yang membuat geram adalah sudah harga nya naik signifikan, ketersedian dipasaranpun cukup langka.
Seperti biasa pemerintah melakukan langkah-langkah standar dalam menyingkapi hal ini. Operasi pasar menjadi senjata andalan . Namun lagi-lagi metode dan mekanisme pelaksanaan operasi pasar yang melulu itu-itu saja ternyata gagal menekan harga. Malah menimbulkan tanya apakah pemerintah kehabisan cara untuk menekan harga.
Antrian panjang masyarakat yang membutuhkan minyak goreng selalu mewarnai setiap operasi pasar yang digelar. Potret suram nasib rakyat tergambar jelas dalam gurat wajah dan peluh kaum ibu yang mengantri membeli minyak.
Kelangkaan ini menurut para pengamat ekonomi dipicu dengan kenaikan harga jual minyak sawit dipasar internasional. Inilah yang mendorong para pengusaha lebih memilih menjual kelapa sawit kepasar internasional. Kalau hal ini benar sungguh mental kapitalisme yang tidak nasionalis dipertontonkan dengan amat nyata para pengusaha. Padahal para pengusaha itu bisa menikmati kekayaan dan keberhasilannya selama ini tak lepas dari subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Tentu saja uang subsidi dipungut dari pajak masyarakat. Sungguh biadab tindakan tersubut!!
Dari paradigma hukum ekonomi tindakan pengusaha yang menjual minyak sawit ke pasar internasional tidak lah salah , karena harga yang ditawarkan lebih baik yang menyebabkan margin menjadi tinggi. Lagi-lagi apakah melulu hanya demi margin tinggi jadi kehilangan nurani. Sementara jutaan penghuni Bumi Indonesia mengantri untuk mendapatkan minyak goreng. Mungkin saja pada antrian itu ada diantara mereka yang mempunyai pertalian darah dari para pengusaha itu, malah siapa tau ada para ibu mereka yang juga kesulitan mendapatkan minyak goreng…..
Lagi pemerintah gagal menjamin kelayakan hidup masyarakat. Jangankan untuk menciptakan kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan dasar saja pemerintah tidak mampu.
Dan rakyatlah yang kembali menderita…
Dan kesabaran senantiasa menjadi kekuatan yang sangat mahal hargannya….

6 comments:

Yuki Tobing said...

susah emang, hukum ekonomi makes it all..
harga naik, supply pun naik, apalagi barang2 macem minyak begini, yang reaktif banget ama perubahan harga.. huhu.. toh emang tujuan para pengusaha itu memaksimalkan profit..

oh dilema..

Bangaco said...

memang hukum ekonomi dan humanisme sangat berjarak, tetapi jika hati nurani dikedepankan pastilah akan lahir kaum kapitalis yang humanis...
Kapan ya Indonesia bisa segera terlepas dari himpitan masalah

Anonymous said...

kayaknya sistem di indonesia emang ada yang salah nih bang.. so, gimana kalo reformasi birokrasi? ^_*

Bangaco said...

setuju, bukan hanya salah tapi engga benar...!!!!

Yuki Tobing said...

susah juga sih bangaco, kapitalisme kan mana peduli ama hati nurani, toh mereka prinsipnya free fight liberalism, huhu, yg kuat makan yg lemah..

susahnya lagi walopun supply ngaruh banget ama kenaikan harga, demand gak banyak berubah terhadap minyak tanah.. cckk.. bner2 dah, cuma anehnya tiap saya di Indo kok gak getu mratiin yah shortages minyak ini.. hhhmm..

Bangaco said...

buka mata, buka hati jika balik ke indonesia, pasti akan kita jumpai hal-hal aneh....mirisss...menyedihkan...ada juga sedikit menggembirakan....