Monday, June 25, 2007

REFLEKSI HUT KOTA JAKARTA KE 480

22 Juni, adalah ulang tahun kelahiran Kota Jakarta. Tahun ini usia Kota Jakarta genap 480 tahun. Pesta meriah pun telah dilaksankan di lapangan Monas sebagai simbolis perayaan ulang tahun Kota Jakarta oleh Pemda DKI. Gubernur baru mungkin menjadi kado spesial yang akan diterima warga Jakarta.Mudah-mudahan kado ini berguna dan membawa kebaikan dan perubahan yang berarti pada para penghuni kota Jakarta. Sedikit kembali ke sejarah tentang terbentuknya Kota Jakarta. Menurut Ridwan Saidi, budayawan Betawi, pada tanggal 22 juni pada abad ke 16 ada peristiwa yang mengerikan yakni 3000 rumah orang betawi yang berada dipingir laut di bakar pasukan Fatahillah, akibatnya ribuan orang betawi mengungsi. Hati saya perih, bagaimana mau senang? Apa yang mau kita rayain, ujar Ridwan Saidi (dikutip dari Kompas Sabtu 23 Juni 2007).
Menarik apa yang dikatakan Ridwan Saidi, ternyata tanggal 22 Juni yang dipakai sebagai hari jadi Kota Jakarta adalah hari penuh duka. Bukan bermaksud untuk mempercayai hal-hal diluar logika hingga timbul prasangka ”jangan-jangan kondisi Jakarta yang carut marut karena salah memilih tanggal kelahiran kota” Ah itu hanya prasangaka yang tak mendasar.
Kembali ke kondisi sekarang, Jakarta sebagai Kota Megapolitan dimana terdapat jutaan orang hidup di dalam nya tentu syarat akan kompleksitas masalah. Apalagi Jakarta juga menjadi Ibu Kota negara yang menjadikan Jakarta sebagai cermin Indonesia di dalam maupun luar negeri. Melulu kesehariannya Jakarta masih berputar pada persoalan klasik yang sampai sekarang masih jauh dari penyelesaian. Macet, banjir, polusi, adalah keseharian yang menjadi pemandangan Jakarta. Belum lagi masalah-masalah sosial, ekonomi, bahkan pergeseran moral dan etika pun telah menyatu dengan irama kehidupan di Jakarta.
Sesungguhnya persoalan pastilah dijumpai dikota manapun di dunia, tetapi tentunya ada harapan untuk penyelesaian persoalan tersebut.
Nampaknya di Jakarta solusi dan pemecahan persolan masih belum menunjukan tanda-tanda berakhir. Kita warga Jakarta tidak akan pernah tau kapan Jakarta terbebas dari macet, terbebas dari banjir, terbebas dari polusi, terbebas dari masalah sosial dan ekonomi. Tidak nyaman rasannya hidup tanpa kepastian seperti sekarang ini.
Ya..memang melihat Indonesia cukup dengan melihat Jakarta. Jika Jakarta terbebas dari kemiskinan, pasti Indonesia akan menghapus kata” miskin” dalam kamus track record nya. Karena nyatannya di ”jantung” Negara Indonesia masih banyak rakyatnnya yang masih bertanya ”masih bisa makan kah kita esok hari?”...

No comments: