Friday, June 15, 2007

"UANG SETORAN " DI AJANG PILKADA

Setelah munculnya 2 kandidat calon gubernur pada Pilkada DKI, berarti makin dekat pula pesta demokrasi di wilayah DKI akan terlaksana. Wacana calon independent dari luar Parpol masih terus didengungkan sambil menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi. Kemungkinan calon independent pada Pilkada yang akan berlangsung 8 Agustus 2007 nanti bakal tak kesampaian, dikarenakan keterlambatan mengankat wacana ini.
Setelah dinyatakan lulus seleksi, kedua pasangan Cawagub yakni Adang - Dhani yang digawangi PKS dan Fauzi-Prijanto yang dimotori Koalisi Jakarta yang merupakan koalisi beberapa Parpol sudah mulai lebih agresif melakukan pendekatan kepada warga DKI dengan metode kampanye "terselubung". dikarenakan belum tiba masa kampanye. Namun dalam kampanye curi mencuri start tampaknya pemandangan lumrah yang dilakukan oleh para kontestan.
Tentu para tim sukses dari kedua pasangan Cawagub ini sedang sibuk memaksimalkan strategi kampanye sementara para Cawagub yang gagal menjadi kontestan pada Pilkada DKI juga tengah sibuk untuk menagih uang yang telah dikeluarkan yang telah mereka setorkan pada Parpol sebagai "uang setoran" untuk memasukan nama mereka pada bursa Cawagub. Sinyalemen "uang setoran" ke Parpol untuk mendaftarkan diri sebagai Cawagub kini tengah ramai diberitakan oleh media. Hal ini tentunya bukan sekedar isapan jempol belaka, karena telah meluncur pengakuan akan "uang setoran" ini dari beberapa orang yang sebelumnya ramai mengisi bursa nama-nama Cawagub yang dihembuskan Parpol.
Sejumlah pensiunan jenderal yang namannya sempat beredar dibursa Cawagub mengiyakan adannya sejumlah "setoran" kepada Parpol.
Jumlah setoran kepada Parpol itu konon bisa mencapai miliaran rupiah. Tentu Parpol membantah akan sinyalemen uang " setoran". Rasannya rakyat yang menonton drama Pilkada ini pasti sudah mempunyai jawaban untuk mempercayai atau tidak akan hal ini.
Ajang Pilkada DKI tentu sangat relevan dengan pribahasa " Jika ingin mendapat ikan besar,umpannyapun harus besar. Untuk mendapatkan posisi orang nomer 1 di Jakarta harus mengeluarkan uang yang besar untuk memuluskan langkah menuju "kursi empuk" .
Tertawa..ya hanya tertawa yang bisa kita lakukan sebagai penonton pertarungan politik yang tidak sehat ini. Yang menjadi pertanyaan apakah jika mereka para nama yang sebelumnya masuk dalam bursa Pilkada itu akhirnya menjadi Cawagub dan bisa mengikuti Pilkada, mereka akan teriak-teriak untuk mengungkapkan bahwa mereka telah mengeluarkan "uang setoran"? Rasa nya hal tersebut sangat tak mungkin dilakukan...
"Sudah jatuh tertimpa tangga" inilah pribahasa yang tepat untuk mengambarkan orang-orang yang namanya sempat beredar pada bursa Cawagub DKI. Sudah tak terpilih menjadi Cawagub, Uang miliaran pun ludes des des...hehehe.

No comments: