Saturday, May 5, 2007

ANAK MAKIN AKRAB DENGAN BUDAYA KEKERASAN

Belum usai pemberitaan tentang kekerasan yang terjadi di IPDN hingga menewaskan praja Cliff Muntu yang dianiaya seniornya. Kejadian serupa juga terulang.Kali ini yang menjadi korban dan pelakunya adalah anak dibawah umur. Adalah Edo Rinaldosiswa kelas II SD Santa Maria di bilangan Pondok Banbu, Jakarta Timur diduga tewas dikeroyok empat teman sebaya di sekolahnya Sabtu 28 April lalu.Seorang pelakunya adalah siswa kelas IV SD, sedangkan tiga lainnya adalah perempuan.Bergidik rasannya roma ini mendengar berita itu.Sulit rasannya diterima akal, jika anak-anak ternyata sudah sedemikian akrabnnya dengan budaya kekerasan.
Kematian Edo tidak bedannya dengan kematian Cliff Muntu. Mereka Tewas karena kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan.Kejadian ini memberi gambaran bahwa kekerasa memenag sudah mengakar dan membumi di negeri ini, kapanpun dan dimanapun kekerasan dapat terjadi. Budaya kekerasan yang terjadi pada anak-anak tentunya tidak terlepas dari peranserta orang dewasa yang mempopulerkan budaya ini.
Prilaku orang dewasa yang sering mengumbar kekerasan tanpa disadari akan mudah terekam oleh ingatan anak. Karena anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat.
Tak dapat disangsikan pengaruh media terutama televisi yang memepertontonkan kekerasan kadang tanpa tedeng aling-aling yang paling mudah untuk dijadikan refrensi anak dalam mempraktikan budaya kekerasan. Karena televise lah media yang paling dekat dengan anak. Dengan kejadian ini, perlu kirannya para pengelola televisi menelaah lagi segala tayangan yang dapat menyuburkan budaya kekerasan untuk di review jam tayangnnya atau malah televisi mengharamkan tayangan yang berbau kekerasan. Semata-mata hal ini adalah sebagai rasa tanggung jawab media kepada publik atas efek tayangan yang langsung atau tidak langsung terjadi di masyarakat.
Tentu bukan hanya media yang mempunyai tanggung jawab moral. Akan tetapi kontribusi semua kalangan sangat dibutuhkan untuk mengikis segala hal segala hal yang dapat menyuburkan budaya kekerasan agar kekerasan tidak lagi membumi di negeri ini.
Sekali lagi kejadian tewas nya Edo membuka mata kita bahwasanya kekerasan sudah terlalu dalam bersemayam dalam budaya Indonesia. Padahal bangsa ini dikenal dengan keramahan dan keindahan senyum penduduknya.

1 comment:

Anonymous said...

sayangnya kekerasan dan kelembutan keduanya tidak terpisahkan dan tidak terlenyapkan; letupan menjadi tanda tersumbatnya saluran yg lalu meledak ketika mekanisme kontrol tidak lagi mampu mengendalikannya.

adalah benar bahwa anak dan manusia pada umumnya belajar dengan mengamati, meniru dan melakukan. saya setuju bahwa input karenanya perlu dikendalikan. salam.