Thursday, May 24, 2007

PREMANISME BERKEDOK ORMAS

Premanisme berkedok Ormas (organisasi kemasyarakatan) makin marak berkembang bak jamur dimusim hujan. Jakarta yang menjadi kota multi etnis tentu manjadi lahan subur untuk melebarkan sayap para preman berkedok Ormas. Tampaknya isu yang melatarbelakangi terbentuknya Ormas berbasis etnis hanya untuk menjaga eksistensi kelompok tertentu dan penguasaan suatu daerah. Selalu saja yang dikedepankan dalam setiap aktifitas Ormas berbasis kedaerahan adalah fanatisme yang berlebihan dan egoisme lokalitas. Hal inilah yang dapat memupuk dan menjadi pemicu tindakan-tindakan anarkis .
Potret Ormas yang berbasis etnis memang terbilang miring . Dilihat dari aktifitas Ormas tersebut nyata benar bahwa eksistensi dan penguasaan wilayah menjadi hal utama yang mengemuka. Untuk skala kecil , lahan parkir menjadi incaran penguasaan daerah dari Ormas berbasis kedaerahan. Untuk menguasai lahan parkir ini kadang cara-cara kekerasan menjadi solusi utamanya. Contoh terakhir adalah perebutan lahan parkir di Pasar Kebayoran Lama Selasa 22 Mai lalu antara Ormas FBR (Forum Betawi Rempug) dan IKB (Ikatan Keluarga Betawi). Keributan ini menyebabkan tewasnya 2 orang dari kelompok FBR. Akibat keributan ini aktifitas pasar menjadi terganggu dan aksi pamer kekuatan kedua kelompok semakin menjadi. Untungnya polisi sigap membendung pamer kekuatan ini hingga tidak terjadi bentrokan yang lebih jauh lagi. Dari ilustrasi kejadian itu jelas kepentingan ekonomi menjadi pendorong lahirnya ormas berbasis kedaerahan. Tak dipungkiri banyak juga aktifitas sosial dilakukan ormas-ormas ini. Jika "ditimbang", tampaknya kepentingan penguasaan atas area yang mempunyai manfaat ekonomislah yang selalu menjadi prioritas eksistensi Ormas tipe ini, sedangkan aktifitas sosial hanyalah gimmic dan kedok kamuflase aktifitas nya.
Pemerintah melalui Departemen Pertahanan dan Departemen Dalam negeri harus lebih ketat lagi memproses izin-izin Ormas seperti ini. Malah jika dirasa aktifitas Ormas berbasis kedaerahan dirasa tidak bermanfaat maka langkah yang terbaik adalah membekukan izin mereka, dan melarang aktifitasnya. Polisi pun harus aktif mengawasi sepak terjang para Ormas-Ormas yang masuk dalam kategori ini. Karena lagi-lagi masyarakat yang akan menjadi korban, paling tidak masyarakat merasa hidup dijaman sebelum Sumpah Pemuda dikumandangkan. Padahal kita hidup di jaman modern dimana sekat-sekat pemisah manusia dari unsur SARA semakin hilang.

No comments: