Wednesday, April 25, 2007

BERKENDARAAN LEBIH BAHAYA DIBANDINGKAN JADI TENTARA


Foto by Mediaindonesi.co.id
Dominasi: Pengendara motor mendominasi jalan-jalan di Jakarta.


"Ternyata resiko berkendaraan itu lebih berbahaya dibandingkan resiko menjadi tentara". Terbukti korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia pertahunnya mencapai angka 11.000 dari 20.000 korban tewas akibat kecelakaan. Jumlah korban tewas sebanyak ini melebihi jumlah prajurit kita yang gugur saat melakukan operasi militer, hal ini di ungkapkan Presiden SBY saat meresmikan Pekan Keselamatan Transportasi darat di TMII, Senin 23 April lalu (detik.com). SBY sangat prihatin karena korban tewas itu kebanyakan dalam masa usia produktif. Bahkan sebagian besar adalah tulang punggung keluarga.
Hari ini, Dirlantas Polda Metro JayaKombes Pol Djoko Susilo menyatakan 60 % kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor. Selama bulan Januari - Maret 2007 terdapat 88 korban tewas akibat kecelakaan pengendara roda dua . Pernyataan ini dikutip dari detik.com
Kalau melihat data diatas tidak berlebihan memang pernyataan SBY bahwa " resiko berkendaraan lebih besar dari resiko menjadi tentara " adalah benar adannya. Permasalahan transportasi di Indonesia memang bak lingkaran setan. Sangat sulit mencari akar permasalahannya. Selain infrastruktur yang belum memadai, faktor atitud pengendara adalah hal dominan menyumbang tingginya angka kecelakaan di Indonesia. Pertumbuhan kendaraan di Jakarta juga menjadi penyeban meningkatnya jumlah kecelakaan lalu lintas. Pertumbuhan motor di Jakarta setiap harinya mencapai 1500 unit. Bayangkan betapa padatnya lalu lintas Jakarta dikepung pengendara motor. Pastilah pemandangan ini merupakan keseharian warga Jakarta. Tidak adil juga rasanya menyalahkan pengendara roda dua . Bagi kebanyakan warga Jakarta, motor dianggap jenis angkutan yang paling murah dan efesien. Hanya dengan Rp 10.000 atau 2 liter bensin perharinya, segala aktivitas transportasi terpenuhi. Jika menggunakan angkutan umum pastilah budget nya akan jauh membengkak. Selain itu masalah kenyaman dan keamanan di dalam kendaraan umum yang masih memprihatinkan menyebabkan sebagian warga enggan menggunakan fasilitas ini. Bus way yang dijadikan model transportasi modern bagi Pemda DKI pun masih belum mampu menyelesaikan masalah transportasi warga Jakarta. Ya ...akhirnya semua dikembalikan kepada individu pengendara. Melatih diri untuk menjadi pengguna jalan yang baik, toleransi antar pengguna jalan adalah hal yang mungkin akan mampu menekan angka kecelakaan.

3 comments:

pyuriko said...

Saya lebih suka jalan kaki daripada naik kendaraan umum,... terlebih motor....

Pengedara2 skrg, lebih mementingkan emosi di atas mesin drpd memakai otaknya :D

Bangaco said...

ya..mungkin karena pengaruh mesin yang panas hingga emosi juga cepet panas..

Mommy Naufal said...

saya tiap hari pergi kerja naik motor meski saya belum punya sim, memang mengendarai motor dijakarta sangat rawan kecelakaan dimana kebanyakan pengemudi tidak sabaran kadang kalau saya terlalu pelan kendaraan dibelakang saya mesti membunyikan klakson agar saya lebih cepat atau minggir untuk memberi jalan....